• Follow me on Twitter

Perihal Semesta

“Keberadaan” adalah realita (kenyataan) yang tidak perlu di uji lagi dan sudah cukup bagi diri nya sendiri, karena “Keberadaan” adalah realita suatu objek bukanlah atribut, sebagai contoh : anda mengenal keberadaan diri anda sendiri dari sisi atributnya (tinggi/pendek, gemuk/kurus, hitam/putih, mancung/pesek, dan lain-lain), sehingga bila anda kehilangan kesadaran, tentunya anda tidak mengenal diri anda sendiri, walaupun realitanya keberadaan tubuh anda tetap ADA…!

Sebagai manusia kita memiliki keterbatasan (tidak sempurna), begitu pula dengan segala sesuatu yg ada di alam semesta pasti memiliki keterbatasan (berawal dan berakhir), oleh sebab itu bila kita meyakini adanya realita yang tidak sempurna, seharusnya kita juga meyakini adanya realita Yang Maha Sempurna, sebagai sumber dari segala realita yang tidak sempurna

–**–

Berbicara tentang semesta, mengingatkan kita akan salah satu hukum fisika, yaitu hukum Termodinamika kedua, yang bunyinya seperti berikut :

Hukum Termodinamika kedua menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, hingga mendekati nilai maksimumnya“.

artinya :

Di alam semesta ini akan selalu ada ketidak aturan yang dapat terangkai menjadi keteraturan, seperti merangkai puzzle dari bagian-bagian puzzle yg tidak teratur menjadi suatu lukisan lengkap. hal ini terlihat dengan bertambahnya ketidak aturan semesta sejalan dengan perluasannya.

Jadi seperti apa bentuk semesta itu ?

Menurut para ilmuwan umur semesta berkisar 13,7 milyar tahun, perkiraan tersebut di peroleh dengan menggunakan Faktor Skala Metrik (FLRW), sehingga titik-titik yang mewakili galaksi, bintang, dan objek langit lainnya, bisa di tentukan pada peta koordinat semesta.

Dari hasil pemetaan koordinat semesta tersebut, para ilmuwan membagi perubahan alam semesta menjadi 3 kelompok besar, yaitu:

  1. Fase Sangat Awal Alam Semesta
  2. Fase Awal Alam Semesta
  3. Fase pembentukan struktur, yg di bagi lagi menjadi
    • Fase reionisasi
    • Fase pembentukan Bintang
    • Fase pembentukan Galaksi
    • Fase pembentukan Kluster dan Super Kluster

Keterangan singkatnya sebagai berikut :

1. Fase Sangat Awal Semesta
kondisi alam semesta pada fase ini masih berupa rapatan energi yang tidak terbatas, dengan suhu dan tekanan yang tidak terbatas pula, di namakan Singularitas, dalam suhu panas yang teramat tinggi gaya-gaya fundamental seperti, gaya nuklir kuat, gaya nuklir lemah, gaya elektromagnetik, dan gaya gravitasi masih bersatu sebagai gaya tunggal.

dalam arti semuanya masih bersatu dalam singularitas, seperti pada perumpamaan surat Al-Anbiyaa ayat 30

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

2. Fase Awal Alam Semesta
Tanpa di ketahui penyebabnya Singularitas tiba-tiba mengembang secara eksponensial (Big Bang), akibatnya menurunkan suhu semesta. Di awal pengembangan turunnya suhu semesta membuat simetri antar gaya fundamental menjadi terpisah (tidak lagi sebagai gaya tunggal), akibatnya muncul-lah.. partikel-partikel elementer yg menjadi cikal bakal materi, termasuk kita yang juga terdiri dari materi, partikel-partikel tersebut memiliki muatan listrik yang berbeda, positif dan negatif, sehingga membentuk segala sesuatunya menjadi seimbang..ada (+) dan ada (-) atau segala sesuatunya berpasangan (+) berpasangan dengan (-). Partikel-partikel elementer tersebut terus berkembang menjadi unsur yang lebih berat.

3. Fase Reionisasi
akibat benturan partikel-partikel tersebut (karena saling tarik menarik) selama ratusan juta tahun terjadilah pancaran radiasi sehingga bentuk alam semesta masih seperti plasma (seperti gas yang bermuatan positif dan negatif)

4. Fase pembentukan Bintang
di wilayah yang volume materinya sedikit lebih rapat, hidrogen, helium, dan lithium memulai proses pembentukan molekul-molekul awan gas, lalu menyusut karena gravitasi menjadi bola plasma, dan karena gaya gravitasi pula suhu dan tekanan bola plasma tersebut bertambah tinggi yang akhirnya membentuk bintang-bintang pertama.

5. Fase Pembentukan Galaksi
lagi-lagi karena gaya gravitasi bintang-bintang yang sudah terbentuk itu bergabung membentuk galaksi

6. Fase pembentukan Kluster dan Super Kluster
Kluster adalah gerombolan bintang yang terikat bersama oleh gravitasi, terbentuk sekitar 10 milyar tahun lalu, begitu pula dengan super kluster dengan jumlah anggota bintang yang lebih banyak dengan wilayah yang jauh lebih luas. Galaksi kita (galaksi Bima Sakti) adalah anggota dari kluster Local Group, di mana jumlah anggota Local Group terdiri lebih dari 54 galaksi

–**–

dari keterangan ke 6 (enam) fase tersebut di atas tampaknya sesuai dengan surat Al-A’raf Ayat 54

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam“.

para ulama banyak yang memahami enam masa dalam pengertian yang berbeda-beda, ada yang memahaminya sebagai 6 hari, ada juga yang memahaminya sebagai 6 periode, di mana satu periodenya adalah 1000 tahun lamanya. Atau bisa juga enam masa tersebut adalah enam fase garis waktu alam semesta… wallahu a’lam

–**–

Ada persamaan antara kondisi awal semesta (Singularitas) dengan kondisi semesta saat ini, yaitu; Tidak terbatas.

Oleh karena itu, mungkin saja mengembangnya alam semesta hanyalah perubahan bentuk dari sangat padat menjadi sangat mengembang, dengan nilai / besaran yang sama (tidak terbatas / nilai yang tidak bisa kita ketahui).

Lalu bagaimana bila semesta berhenti mengembang dan mulai menyusut ?, menurut teori gravitasi kuantum (Stephen Hawking), dengan menggunakan perhitungan waktu imajiner, di mana perjalanan waktu seiring dengan perjalanan ruang, bentuk alam semesta seperti permukaan bumi, di mulai dari kutub utara (Big Bang), menuju lingkaran konstan latitude yang membesar, dan mencapai ukuran terbesarnya di titik equator (garis katulistiwa), lalu mengalami penyusutan lingkaran latitude yang berakhir di kutub selatan (Big Crunch)

–**–

Berdasarkan penjelasan di atas, apakah ketidak beraturan semesta akan berkurang dan kembali kepada bentuk asalnya ?, apakah manusia akan kembali pada kehidupan masa lalunya ?, apakah manusia akan kembali hidup sesudah kematiannya ?, dan bertambah muda seiring penyusutan semesta ?

Apa yang di gambarkan oleh Stephen hawking di saat alam semesta berhenti mengembang dan mulai menyusut, mengingatkan kita akan surat Al-Anbiyaa ayat 104.

(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya“.

Dan surat Al-Qiyaamah ayat 1, 2, 3, dan 4

Aku bersumpah demi hari kiamat,”

“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”

“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang-belulangnya kembali ?”

“Tidak demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun kembali jari-jemarinya dengan sempurna 

–**–

Bila kita berpedoman kepada ajaran agama akan adanya hari pengadilan, penyusutan alam semesta menjadi kemungkinan yang cukup logis untuk kembali ke masa lalu sebagai pertimbangan hukuman atau sebaliknya sebagai pertimbangan penghargaan atas segala sesuatu yang telah kita lakukan.

Tinggalkan komentar